Till We Meet Again Book Review

My rating: 4 of 5 stars

Juara Ketiga 100% Roman Indonesia

Judul Novel: Till We Meet Again – menjemput cinta di Austria
Penulis: Yoana Dianika
Penerbit: GagasMedia
Tahun terbit: 2011
Halaman: 294 hlm

Sinopsis:

Saat pertama kali aku melihat dia hari itu, aku sudah berbohong beberapa kali.

Aku bilang, senyumannya waktu itu tak akan berarti apa-apa. Aku bilang, gempa kecil di dalam perutku hanya lapar biasa. Padahal aku sendiri tahu, sebenarnya aku mengenang dirinya sepanjang waktu. Karena dia aku jadi ingin mengulang waktu.

Dan suatu hari, kami bertemu lagi.

Di saat berbeda, tetapi tetap dengan perasaan yang sama. Perasaanku melayang ke langit ketujuh karena bertemu lagi dengan dirinya. Jantungku berdetak lebih cepat seolah hendak meledak ketika berada di dekatnya. Aku menggigit bibir bawahku, diam-diam membatin, “Ah ini bakal jadi masalah. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta kepadamu,”

Apakah aku bisa sedetik saja berhenti memikirkan dirinya? Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku jatuh cinta, tetapi ragu dan malu untuk menyatakannya.


My review:

Semua penulis yang diorbitkan oleh GagasMedia sepertinya harus banyak berterimakasih kepada desainer cover yang membungkus kisah indah mereka dengan sentuhan apik dan menarik. Saya tidak pernah bosan untuk mengatakan bahwa setiap kali datang ke toko buku, cover yang menarik perhatian saya pastilah novel dari GagasMedia. Till We Mee Again memiliki sentuhan musik biola dalam ceritanya, ilustrasi animatis di covernya mewakili kisah di dalamnya dengan baik. Warna dan detail bercak-bercak seperti di kertas lama membuat penampilan luar novel ini seklasik kota Wina yang menyimpan banyak hal yang classic.

Well, based on the story...ini bukan cerita yang sangat spesial atau memiliki kesan unik. Kenangan yang berkesan di masa kecil dan akhirnya bergaung hingga dewasa. Sudah dari awal mereka (tokoh) diciptakan untuk bersama oleh penulisnya. Tapi, sisi menarik dari novel ini adalah detail-detail kecil yang terselip manis dan tidak berkesan seperti narasi datar. Riset yang dilakukan kemungkinan besar memanglah cukup sulit dan mendetail, dan tentunya berhasil memulas kisah sederhana di dalamnya menjadi semakin menarik untuk dibaca.

Penuturan penulisnya pun memiliki gaya bahasa yang enak dibaca dan cukup menarik. Meski banyak notes tentang bahasa asing yang sulit dilafalkan bila sama sekali tidak mengenal bahasa Jerman. Setting Wina, Austria, sudah dipersiapkan dengan matang karena cerita di novel ini based on classical music, and as for sure Wina adalah kota musik klasik, sepertinya semua musik klasik berasal dari sana dan berkembang di sana. Makanya pemilihan setting tempat memang sangat cocok bila digabungkan dengan kisah Elena dan Chris.

Nah, cuplikan singkat saja dari saya tentang kisah di novel Till We Meet Again ini. Elena adalah anak indo Austria-Indonesia yang memiliki kenangan yang tidak bisa dia lupakan. Tentang mendiang Mom-nya dan sudut taman Stadtpark dan seorang anak laki-laki yang sudah memberinya kue khas Austria yang tidak bisa dia lupakan. Hingga mimpi untuk kembali dan mencari pangeran itu hadir dalam bentuk nyata saat Elena diizinkan kuliah di Wina.

Elena seorang violinist yang berbakat seperti ibunya menemukan kisah cintanya di sini, di kota klasik yang menyimpan banyak hal kecil yang berkesan, mulai dari bahagia hingga pilu. Elena menemukan sosok yang dia cari meskipun harus mengalami kesalahan dalam ‘meletakkan cintanya’.

Hingga Chris membeberkan yang sebenarnya, Elena menyadari betapa dia sangat bodoh karena tidak sadar bahwa pangeran kaiserschmarrn-nya sudah ada di depan matanya, selalu ada untuknya di saat tertawa dan tangisnya. Christoper von Schwind dan Elena Sebastian Admaja sudah dipertemukan kembali di bawah naungan kota Wina yang melankolis dan klasik. Menjemput cinta di Austria. More about this story, you should read by yourself, this is classical and fluid story from Yoana Dianika, it’s third winner of 100% Roman Asli Indonesia.

View all my reviews

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

logophile • memorabilia of my adventure as a writer, a reader, a translator and a light seeker •

0 comments