Membaca Gelombang - Dee Lestari

Gelombang adalah novel yang membuka rangkaian kegiatan membacaku tahun 2015. Seolah seperti tarian selamat datang, Alfa Sagala menyambutku dengan gulungan gelombang perasaan yang berkecamuk hingga kini. Dan sebenarnya aku ingin menyimpan sendiri kesanku tentang Gelombang tanpa membuat catatan atau review buku seperti biasanya. I want this feeling for myself, not even a word about my Alfa Sagala I want to share. Tapi godaan bertemu sang kreatornya menumbuhkan semangat lain. I want to meet the author and shout out loud this feeling for Alfa. Sekali lagi, Dee Lestari menghajar para pembacanya dengan melemparkan mereka ke arus kisah Gelombang. Dan membuat kami para pembacanya tetap saja menanti dengan degup jantung penasaran akan Intelegensi Embun Pagi atau #IEP. Sama saja, mau pembaca yang berkomentar tidak puas, kurang dapet greget dan sebagainya dari Gelombang atau pembaca yang serta merta menyukai kisah Alfa Sagala ini. Semuanya tetap berakhir dengan keinginan supaya kisah selanjutnya bisa segera kami nikmati. Bukti ketajaman pena Dee Lestari tetap menggores di hati para pembacanya.


Seri Supernova kelima ini menyuguhkan kisah Alfa Sagala, sang pemuda Batak yang punya masalah dengan mimpi. Sejak kecil, Alfa tidak menyukai mimpinya karena di sana dia dihantui oleh sosok mengerikan yang kemudian dia kenal sebagai Si Jaga Portibi. Dari kampung Batak, Alfa berubah menjadi imigran gelap yang mengadu nasib ke Amerika. Sampai akhirnya dia menembus Wall-Street dan menjadi pemain saham yang membawanya kelimpahan materi. Kemudian dunia Alfa—yang awalnya hanya seputar main saham dan ikut kontes musik di kafe semata-mata untuk tetap membuatnya terjaga—runtuh seketika menimpanya. Segalanya bermula ketika dia bertemu dengan Ishtar Summer (baca Supernova – Akar). Pertemuannya yang sangat singkat dengan Ishtar meninggalkan bekas kosmik, sampai-sampai Alfa melakukan segalanya hanya untuk bertemu dengan wanita itu. Ketakutan-ketakutan dan pertanyaan yang seumur hidup menghantui Alfa perlahan terjawab ketika di Lembah Yarlung, Tibet dia menelusuri jejak-jejak ingatannya.

Anak ke-5 Dee Lestari ini berhasil mencuri perhatianku. Dikenalkan dengan budaya dan tradisi Batak, dipontang-pantingkan nasib tak menentu di nirvana saham Wall-Street dan petualangan misterius di Lembah Yarlung, Tibet. Hadirnya sang Ishtar Summer yang langsung membuatku naik pitam sendiri sambil merenungi bagaimana nasib Bodhi (baca seri kedua: Supernova - Akar). Gemas dengan tingkah dan isi kepala Alfa yang sama dalamnya seperti lautan sehingga tak teraih.

Ada satu hal yang mengejutkanku dari seri Supernova kelima ini. Munculnya Ishtar yang membuatku langsung memikirkan nasib cinta Bodhi yang terancam (Choosing one of them is so incredible hard work). Then when Kell showed up fresh in flesh and blood, it’s blown my mind away. Hey, what does that suppose to be? Arrrgh!

Alfa Sagala, apa sih keistimewaan pemuda Batak ini? Diantara karakter yang diciptakan Dee Lestari, Alfa Sagala ini paling misterius bagiku. Entah bagaimana meskipun hanya bertemu Alfa lewat buku, aku seolah bisa melihatnya bergerak, berbicara dan hidup mewujud. Namun hebatnya lagi, Dee berhasil menciptakan karakter yang tertutup dan misterius seperti Alfa. Dengan sudut pandang orang pertama, harusnya bisa memungkinkan Dee untuk menuliskan Alfa dengan gamblang tapi justru, kesan tertutup Alfa itu tercipta. Dan itu memberikan warna tersendiri pada seri Supernova ini. Jika mau membandingkan riwayat hidup karakter Supernova yang lain seperti Bodhi, Elektra dan Zarrah, Bodhilah yang kisah hidupnya sangat berwarna. Alfa tidak mengalami kehilangan seperti ketiga karakter lain, dan tidak mengalami hal seburuk mereka. Tapi masalah hidup Alfa yang utama itulah yang paling buruk. Hampir seumur hidup Alfa ia dihantui oleh rasa ngeri dan ketakutan jika ia tidur, ada sosok yang memburunya di alam mimpi sana. Itu yang membuat Alfa memilih untuk selalu terjaga di setiap saat. Insomnia akut. Dan bisa kubilang itu bukanlah hal yang bisa disyukuri atau dianggap keren. Tidak bisa tidur itu adalah siksaan, kalau kalian tahu. Sepertiga hidup manusia dihabiskan untuk tidur, jika usia seseorang sekarang 30 tahun, berarti ia sudah melewati 10 tahun hanya untuk tidur! Dan Alfa tidak menghabiskan waktunya untuk tidur. Alfa menjadikan waktu tidurnya untuk melakukan hal lain, belajar, bekerja, belajar, bekerja.... yang membuat otaknya terus terlatih dan terasah. Tentu saja, ketika semua orang tidur, Alfa sibuk belajar dan bekerja. Tak heran kalau dia jadi yang paling pintar dan sukses di antara kakak-kakaknya dan teman-temannya.

Penulisan Gelombang pun kurasa sangat-sangat rapi. Terasa sekali usaha Dee untuk melangsingkan dan membuat tulisannya proporsional. Tidak terlalu rumit dan berparagraf panjang berisi hal-hal ilmiah seperti di Partikel. Tidak terlalu saintis seperti di Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Tidak terlalu 'jungkir balik' seperti di Akar dan tidak terlampau 'santai' seperti Petir. Mungkin ada yang berkomentar kalau seri ini kurang cetar. Tapi bukan cetar tujuan Gelombang ditulis--jika boleh kutebak. Seperti namanya saja, Gelombang yang datang dan pergi membawa hanyut semuanya diam-diam dan misterius. Begitulah karakter seri kelima ini. 

Bagiku, membaca karya-karya Dee Lestari adalah sebuah kehormatan dan pencapaian tersendiri. Sejak seri pertama Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, aku merasa membaca tulisan Dee, seperti belajar sesuatu yang baru. Aku tidak tahu kapan akan dikejutkan dan kejutannya selalu berhasil menjadi candu. Menimbulkan efek kecanduan yang tidak ingin diakhiri, tahu? Lalu hadirnya Bodhi dan segala keabsurdan hidupnya yang berhasil membuatku kepincut dengan semua keanehannya. Elektra si Petir yang apa adanya. Kemudian Zarah yang harus kukatakan dia sangat amat menyebalkan karena kepolosan di balik kecerdasannya.

Sementara itu, Gelombang mendapatkan banyak respon dari pembacanya, baik yang positif atau yang menanggapi kurang. Tidak bermaksud mencari kelebihan atau kekurangan karya ini, bagiku semua ciptaan punya kelebihan dan kekurangan. Lebih-lebih dalam karya-karya sastra.

Aku menyukai setiap seri Supernova dengan porsinya masing-masing. Meskipun ceritanya saling berhubungan satu sama lain, tetap saja setiap seri punya DNA-nya sendiri yang tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya.

ada banyak yang senasib dan seperasaan dengan saya? ADA!

-Sofia Idrish-

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

logophile • memorabilia of my adventure as a writer, a reader, a translator and a light seeker •

2 comments