|
dokumen pribadi |
Setelah
sekian lama blog ini menganggur (ya Tuhan, aku sudah sangat menelantarkan
tempat tulisan-tulisan awalku lahir ini), aku kangen menulis resensi
buku atau sekadar menulis iseng dan agak ngawur di sini seperti dulu. Akhir-akhir
ini lebih sering menjadi penimbun buku daripada pembaca yang rajin membuat
resensi atau review. Lebih sering menulis cerita (Alhamdulillah, akhirnya aku
punya rasa percaya diri untuk menulis lagi) di sebuah platform menulis.
Kapan-kapan akan kuceritakan tentang tempat main baruku ini.
Nah,
sebagai doa akhir dan awal tahun untuk blog ini, aku berharap bisa rutin
mengisi blog ini lagi dengan resensi buku atau perkembangan menulisku. Mungkin
bisa tips menulis atau sekadar curhatan penulis labil. Semoga tahun 2017
gejala-gejala penimbun buku yang menjangkitiku bisa sembuh. Aku enggak mau jadi
penimbun buku, suwerrr!
Ini
bukan summary apa saja yang sudah kulakukan atau kucapai di tahun 2016 ini. Ugh,
baik dari segi readingscape atau reality-scape enggak ada yang menarik untuk
diceritakan kecuali pada bulan Juli 2016 lalu aku jatuh sakit dan harus
meninggalkan salah satu pekerjaanku (yang sampai sekarang masih menjadi guilty
mendalam bagiku). Saat sakit yang lumayan menguasaiku itu, aku akhirnya
menghabiskan waktu dengan menulis.
Yah, ini bukan kondisi mau mati lalu diserbu
ide-ide menulis dahsyat yang akhirnya menjadi memoir atau otobiografi yang bisa
dibukukan dan difilmkan. Who the hell do I think I am? Hahaha. Saat sakit itulah aku mulai menulis sebuah draf yang aku beri nama The Neighborhood. Ceritanya
sih diniatkan jadi science-fiction, romance, drama keluarga... yang agak ngawur dan jelimet, bikin pusing dan entahlah aku enggak tahu. Namun,
ada sesuatu yang terus menggerakkanku untuk menulis. Yah, lebih tepatnya aku
berada di antara orang-orang yang tepat, yang terus menyemangatiku menulis dan
melanjutkan cerita. Akhirnya dari Juli ketika istirahat total itu sampai mau
masuk tahun baru ini, The Neighborhood belum selesai dan masih terus berlanjut.
See, kalian tahu dari malas mengurus blog sendiri dan cerita berprogres
lamban... ternyata ketahuan betapa siputnya aku ini sekarang... Haha.
Apa yang terjadi selain aku tiba-tiba menulis science-fiction, aku mulai membaca genre-genre yang sebelumnya belum menarik atau lebih tepatnya enggan kubaca. Seperti thriller, suspense, pokoknya yang melibatkan pertumpahan darah dalam bentuk apapun. Yeah, I read 'The Silence of the Lambs', yang bagiku pribadi adalah pencapaian tersendiri. Karena aku dulu tidak pernah berani pegang buku bergenre seperti ini pokoknya.
Selain
ingin kembali rajin meresensi buku, tentu saja aku ingin merampungkan The
Neighborhood. Aku tidak punya harapan muluk-muluk juga sih di tahun 2017 nanti,
selain menyelesaikan The Neighborhood, lebih banyak membaca buku dengan genre lebih bervariasi dan memperbanyak jalan-jalan.
Well,
see you, 2017!
-Dheril Sofia-
|
Pict: google. |
Judul:
The Chronicles of Audy: O2
Penulis:
Orizuka
Penerbit:
Penerbit Haru
Tahun
terbit: 2016
Halaman:
364 hlm
ISBN:
9786027742864
Hai, namaku Audy. Umurku masih 22 tahun. Hidupku tadinya
biasa-biasa saja, sampai cowok yang kusukai memutuskan untuk meneruskan sekolah
ke luar negeri.
Ketika aku sedang berpikir tentang nasib hubungan kami,
dia memintaku menunggu.
Namun ternyata, tidak cuma itu. Dia juga memberikan
pertanyaan yang membuatku ketakutan setengah mati.
Di saat aku sedang kena galau tingkat tinggi, masalah
baru (lagi-lagi) muncul.
Seseorang yang tak pernak kulirik sebelumnya, sekarang
meminta perhatianku!
Ini adalah kronik dari kehidupanku yang sepertinya akan
selalu ribet. Kronik dari seorang Audy.
Summary
Yey,
akhirnya seri terakhir dari The Chronicles of Audy sudah rilis! Semenjak
mengikuti seri ini aku tidak bisa tidak menantikan kelanjutan dari cerita Audy.
Orizuka memang hampir tidak pernah membuatku kecewa dengan kisah yang
dia tulis.
Audy
Nagisa adalah mahasiswa tingkat akhir yang seperti pada umumnya, terkena masa
kritis kuliah yaitu skripsi. Awal pelik kehidupan Audy dimulai saat dia butuh
uang untuk membayar kos yang membuatnya jebak dalam kontrak sepihak dengan
Regan Rashad, pengacara muda tampan yang sedang membutuhkan pengasuh untuh
adiknya terkecilnya bernama Rafael. Hidup Audy pun terbelit di antara anggota
keluarga Rashad lain yaitu Romeo anak kedua dan Rex anak ketiga. Dimulai dari
tersiksanya menjadi pengasuh Rafael si anak ajaib sekaligus naksir Regan dan
patah hati karena Regan sudah punya tunangan. Lalu ditembak si berondong Rex.
Lalu Romeo yang tiba-tiba mencari-cari perhatian. Dan tidak boleh ketinggalan
adalah skripsi yang tak kunjung selesai. Audy mendapati kisah hidupnya
mendapatkan sedikit titik terang.
|
from google. Aku suka sekali covernya. Cocok! |
Judul:
All She Was Worth – 'Melacak Jejak'
Penulis:
Miyuki Miyabe
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun
terbit: 2016
Halaman:
480 hlm
ISBN:
978-602-03-2686-3
Yeay,
akhirnya Reight Book Club baca bareng sampai di bulan Juni! Saatnya untuk baca
buku bergenre Misteri. Sebenarnya aku jarang sekali membaca genre ini
dan benar-benar tidak tahu referensi buku misteri yang bagus. Jadi aku bertanya
pada salah satu teman yang suka baca misteri dan dapat beberapa rekomendasi
salah satunya All She Was Worth karya Miyuki Miyabe ini. Saat meminta
referensi, aku memastikan novelnya tidak memuat hal-hal berdarah-darah atau
proses pembunuhan sadis. Jadi pilihanku jatuh pada novel ini yang ternyata
setelah kubaca sangat menarik. Yuk, simak lebih lanjut!
Sinopsis
Seorang perempuan cantik lenyap tanpa jejak, namun hasil
penyelidikan menunjukkan dia bukanlah sosok seperti yang ditampilkan selama
ini. Apakah dia korban, pembunuh, atau kedua-duanya? Di negara yang melacak
para penduduknya dengan saksama, bagaimana bisa dua perempuan memiliki
identitas yang sama, lalu menghilang tanpa jejak? Di tengah masyarakat Jepang
yang serba konsumtif, banyak orang terjebak utang, lalu jatuh ke dalam jerat
para rentenir gelap yang sangat berbahaya, sehingga kadang-kadang pembunuhan
menjadi satu-satunya jalan keluar.
|
(pic: google) |
Jenny Han
Penerbit Spring
356 hlm, September 2015
Masih dalam maraton reading
challege tahun ini bersama Reight Book Club, bulan Mei ini adalah bulan Romance. Jujur sejujurnya, aku sedikit
banyak menghindari membaca kisah-kisah yang melankolis, romantis ataupun
erotis. Entahlah, rasanya setiap kali aku memegang buku dengan sampul bernuansa
romantis dan manis, dalam hati aku meringis. Kapan hari-hariku sewarna dengan
sampul novel-novel romance yang ada di rak bukuku. Dan aku pun sadar bahwa
sebagian besar buku milikku yang ada adalah romance dari remaja hingga dewasa
muda, beberapa ada juga sih yang dewasa (ehem). Dan kenapa aku jadi curcol di
review buku yang harusnya profesional ini? Oke, aku mulai membuat diriku
sendiri tampak menyedihkan di laman yang harusnya menampilkan reviewku yang
memang sebagian besar adalah curhatan (selama membaca buku dan yang berkaitan
dengan buku). Oke, pada dasarnya saya cenderung curcol saat menulis. -__-
Untuk genre Romance
bulai Mei, aku memilih buku sekuel dari ‘To All The Boys I’ve Loved Before’
karangan Jenny Han yang berjudul ‘P.S. I Still Love You’. Sebelumnya aku sudah
membaca buku pertamanya dan benar-benar gemas dan kesal dengan Lara Jean.
Bagaimana kisahnya di buku sekuelnya ini? Makin menarik tentunya.
Sinopsis
Lara Jean
tidak mengira akan benar-benar jatuh cinta pada Peter. Dia dan Peter tadinya
hanya berpura-pura. Tapi tiba-tiba saja mereka tidak lagi pura-pura. Sekarang,
Lara Jean tambah bingung dengan perasaannya dan juga dengan situasi yang dia
hadapi.
Saat
seorang pemuda dari masa lalunya tiba-tiba kembali ke dalam kehidupannya,
percikan yang pernah dia rasakan pun kembali. Bisakah seorang gadis jatuh cinta
pada dua pemuda sekaligus?
Ringkasan
Kisah Lara Jean dan Peter Kavinsky ternyata berlanjut.
Yang tadinya hanya sandiwara kini benar-benar dilakoni keduanya. Kontrak
pura-pura pacaran tempo hari, yang menarik permasalahan untuk mendatangi hidup
Lara Jean yang aman dan tenang-tenang saja dan mengguncangnya. Lara Jean
benar-benar menulis surat cintanya lagi kepada Peter dan ingin menyerahkan
surat itu pada pemuda tersebut. Begitu perasaan Lara Jean yang sebenarnya
diketahui oleh Peter, mereka pun kembali terjalin dalam hubungan. Kali ini
sungguhan. Oh betapa Lara Jean adalah gadis yang paling beruntung.
Antologi
adalah genre di bulan April untuk Reight
Book Club Read Along. Genre ini merupakan salah satu genre yang jarang aku
baca dan tak banyak koleksi buku antologi di rak pribadi. Dan bulan ini aku masih membaca buku dari penulis buku
bulan Maret lalu yaitu Dee Lestari. Antologi 11 Cerita Pendek dan kumpulan 11
lagu bertajuk Rectoverso menjadi teman membaca bulan April ini.
179 halaman
Bentang Pustaka, 2013
Rectoverso adalah kumpulan 11
cerita pendek yang mengangkat tema besar cinta dan segala pernak-perniknya. Dee
Lestari juga menyempurnakan kumpulan cerpennya ini dengan sebuah album bertajuk
sama dengan bait-bait syair di awal cerita yang dijadikan lagu. Pasti tahu
jargon, “Malaikat juga tahu, aku yang jadi juaranya”, kan? Beberapa lagu dari
album ini juga sempat menghiasi ruang dengar penikmat musik Indonesia.
Rectoverso adalah paket lengkap. Rectoverso tak hanya hadir dalam bentuk
kata-kata di dalam buku atau nada-nada dalam lagu, tapi beberapa judulnya
diangkat menjadi satu rangkaian kisah dalam satu judul film.Buku, musik dan
film betapa lengkap penginderaan untuk sebuah karya.
Sebelas judul cerita pendek
di sini mayoritas adalah tentang cinta dan perasaan yang tak tersampaikan yang
tak dimengerti. Kesan itu yang terasa sangat kuat dari kisah-kisahnya. Cerpen
pertama “Curhat buat Sahabat” mengisahkan perempuan dan laki-laki yang sudah
bersahabat lama yang terjebak dalam friendzone
stadium akut. :P
Sementara cerpen “Hanya
Isyarat” benar-benar seratus persen kisah ngenes mengagumi dan mencinta
seseorang dari jauh tanpa bisa menyampaikan perasaannya.
Inteligensi Embun Pagi
Dee Lestari
Februari 2016
724 halaman
Bulan Maret tahun ini klub membaca Reight
Book Club memulai aktivitas baca barengnya. Berbeda dengan tahun sebelumnya,
saat itu kita sepakati sebuah judul buku untuk dibaca bersama, kali ini Reight
Book Club memilih genre yang sama namun setiap anggota klub bebas memilih judul
novel apa saja berdasarkan genre yang sudah diundi sebelumnya. Dan genre untuk
bulan Maret adalah Action and Adventure. Bertepatan dengan rilisnya di
akhir Februari lalu, Inteligensi Embun Pagi seri keenam sekaligus yang terakhir
dari serial Supernova karya Dee Lestari inilah yang aku pilih. Selain dari segi
genrenya yang juga berbau action and adventure, aku sendiri sudah tidak
sabar dengan akhir perjalanan serial Supernova yang sudah berjalan selama lima
belas tahun ini. Meskipun sebenarnya jika dipikir-pikir lagi Supernova seri
pertama, KBPJ (Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh) terbit tahun 2001, itu artinya
aku masih kelas enam SD dan baru membacanya ketika kuliah. XD Bagaikan
pelanggan newsletter Supernova, saya keranjingan membaca karya-karya Dee
Lestari lainnya dan langsung berkomitmen (tssahh), “Oke, aku ikutin serial
ini!” Padahal dulu saya lebih suka cerita atau novel non-serial atau cerpen.
Seri Supernova sendiri adalah novel serial yang berhasil saya selesai baca dan
koleksi. :D
Sinopsis
Setelah
mendapat petunjuk dari upacara Ayahuasca di Lembah Suci Urubamba, Gio berangkat
ke Indonesia. Di Jakarta, dia menemui Dimas dan Reuben. Bersama, mereka
berusaha menelusuri identitas orang di balik Supernova.
Di Bandung,
pertemuan Bodhi dan Elektra mulai memicu ingatan mereka berdua tentang tempat
bernama Asko. Sedangkan Zarah, yang pulang ke desa Batu Luhur setelah sekian
lama melanglangbuana, kembali berhadapan dengan misteri hilangnya Firas,
ayahnya.
Sementara
itu, dalam perjalanan pesawat dari New York menuju Jakarta, teman seperjalanan
Alfa yang bernama Kell mengungkapkan sesuatu yang tidak terduga. Dari berbagai
lokasi yang berbeda, keterhubungan antara mereka perlahan terkuak. Identitas dan
misi mereka akhirnya semakin jelas.
Hidup mereka
takkan pernah lagi sama.